Seumur hidup saya baru pindah tempat kos sebanyak tiga kali . Mulai sejak kuliah di Jogja hingga sekarang kerja di Bali. Sebenarnya saya sih tidak begitu hobi hidup nomaden kecuali kalau itu benar-benar harus dilakukan seperti pindah kerja , kegusur dsb. Karena saya paling benci “usung-usung” alias angkat -angkat barang walaupun dengan memakai jasa pindahan. Bahkan kamar saya waktu di Jogja sempat dipakai oleh tiga generasi saya, adik pertama dan adik ketiga. Dibawah ini tiga kos-kosan yang pernah saya tempati beserta plus dan minusnya. CeKE DOT!
1) Koskosan khusus putri/mahasiswi Pak Sam (tinggal selama 4,5 tahun). Somewhere in Demangan.
Lokasinya sih nggak bagus-bagus amat, ditengah kampung dekat musholla, kalo mau ke kampus saya di Sanata Dharma bisa ditempuh selama sepuluh menit jalan kaki. Disekitar kos banyak yang jual makanan seperti nasi campur, capcay, siomay Pak Min (sayang sudah nggak ada, kata adik saya warungnya kebakaran terus pindah . Padahal rasa siomay dan es campurnya maknyuuzz banget, ini aja saya nulis sambil nahan –nahan air liur) lotek, yang menurut adik saya yang nomor dua, lotek yang paling enak dan cihuy diantara rival - rivalnya. Aduuuh, jadi tambah kangen main –main ke Jogja lagi nih. Oh ya ada lagi warung capcay asli dan palsu (hehe istilah buat saya dan leleyaya nih) disebut asli soalnya lebih mahal (cuman beda dua ribu doang) dan enak, sesuai dengan faham “Ono rupo Ono rego” kuahnya kaldu ayam asli, suiran ayamnya lebih banyak, sayurnya segar trus ada potongan-potongan semacam kwetiau gitu didalamnya, kalo udah dibikinin sama si Mbaknya aromanya yang khas langsung bikin hidung kembang kempis, pokoknya dijamin endang! Nah sementara yang palsu harganya tentu saja lebih murah dan kwalitasnya STD apalagi kalo bikinnya sharing (langsung dimasak untuk beberapa porsi ) dimasak dengan alakadarnya sehingga rasa garamnya nyangsang di Aceh alias jauh alias gak berasa, tapi tetep rame aja tuh, khususnya tanggal –tanggal tua. Sayangnya Bapak capcay palsu ini sudah tiada, beberapa tahun lalu sewaktu saya selesai kuliah dan balik ke Padang saya mendapat sms dari adik saya atau teman saya yah kalau si Bapak capcay palsu ditabrak motor dan meninggal. Sedih!
Kembali ke cerita tentang koskosan Pak Sam, tempatnya bersebelahan dengan yang punya rumah, ya Pak Sam itu sendiri , tapi beliau dan istrinya tidak pernah sibuk recokin kehidupan anak-anak kosnya yang penting nggak bikin rusuh aja , gitu kali pikirannya Pak Kos. Kos saya yang ini sempit kamarnya berukuran 3x4meter total ada empat kamar dan ruang tamu ditengah, satu kamar mandi mungil dan dapur dipakai bareng. Karena tempatnya yang tidak begitu “lux” jadi tidak ada dorongan untuk mempercantik kos tersebut, sepatu berjubel, dapur yang dekil,dengan hiasan gantungan jemurannya bisa menyaingi pasar bringharjo. Setiap hari pasti ada saja tikus ukuran sekucing lagi ajojing atau kadang sepertinya malah tikusnya yang lagi perhatiin anak kos. Kenangan paling buruk adalah sewaktu ada tikus nyemplung sumur sampai air sumurnya jadi bau! Iidiih! Kalo ingat bikin hoek! Hoek!
Jemuran menjadi salah satu masalah krusial, saya beberapa kali sering kecolongan oleh pencuri misterius, jangan membayangkan pencuri misterius seperti Robinhood, tapi yang ini pencuri misterius spesialisasi CD (alias celana dalam). Untuk yang satu ini saya nggak habis pikir, soalnya jemuran kita itu dilewati banyak orang dan hanya mengambil celana dalam cewek –cewek (seringnya sih saya sebagai korban) munking karena ukurannya lebih kecil? Bahkan kita pernah pancing sipencuri misterius dengan celana dalam kumal dan longgar, berhari-hari celana itu tetap ditempatnya. Ternyata sipencuri punya “taste” juga. Akhirnya kita buang aja kolor pengumpan itu selain gagal juga merusak keindahan lingkungan. Pernah lho, disuatu siang saya sengaja menaruh CD favorit saya di jemuran dengan sebuah peniti saya sangkutkan seutas benang dan saya ulur sampai ke kamar saya, jadi kalau terjadi sesuatu dengan CD saya otomatis talinya akan tertarik dan saya bisa menangkap basah pencurinya. Itu harapan saya. Satu jam berlalu , dua jam, dan tiga jam saya tunggu dengan mata menahan kantuk, CD saya masih ditempatnya. Tanpa sadar gara-gara udara panas dan angina sepoi-sepoi saya jadi ketiduran beberapa menit, dan sewaktu saya lihat kejendela lagi , CD saya sudah lenyap tinggal hanger kosong berayun-ayun.
Gemeeeess, cara magicpun dilakukan, jemuran dipagari dengan garam dapur yang sebelumnya dibacain doa oleh salah satu cowok aktifis musholla. Berita anak kos pak Sam kehilangan kolor nampknya sudah menjadi isu nasional dan menyebar. Tapi pemasangan pagar dengan garam tetap tidak berhasil. Akhirnya pekarangan kita diberi pagar yang terbuat dari seng dengan sebuah pintu yang gak asyik, mungkin pak Sam merasa kasian sama saya kalau-kalau saya kehabisan stok kolor untuk berangkat kuliah, dan untuk beberapa waktu keberadaan pagar seng cukup bermanfaat. Namun tidak beberapa lama kemudian pencuri itu beroperasi lagi sampai kita akhirnya merasa capek dan pasrah. Sampai sekarangpun pencurinya masih belum ketahuan tuh!
Untuk nilai plusnya kalau tinggal di kos ini, dijamin jalan ke surga terbuka lebar, karena dominasi anak –anak mahasiswa UII, yang aktif ke Musholla. Teman-teman satu kos yang pada alim-alim dan berjilbab, meskipun saya tetap keukeuh dengan seragam U Can See my Ketek (Jogja panasnya Naudzubillah deh ) saya, tapi paling nggak sedikit banyak jadi ketularan alim dikit seperti jadi rajin sholat, rajin tarawih hehehe…. Pokoknya lurus-lurus aja. Bahkan dulu saya pernah diundang untuk jadi salah satu aktivis musholla tapi saya enggak mau karena bukan apa –apa sih, cuma karena malas aja sih, kalaupun diundang rapat yang saya cari cuma makanan kecil doank , pokonya bikin malu teman-teman kos saya yang lainnya deh (hihi maapya Mbak-mbak) setelah sering tidak datang setiap diundang sipengundang jadi bete dan menghentikan undangannya untuk saya selain percuma juga pemborosan kertas dan snacks. :-D
2) Koskosan ke dua, saat saya sudah berada di Bali. Letaknya di wilayah Tuban, tidak jauh dari kantor tempat saya bekerja. Letaknya sebenarnya strategis, dekat pantai Jerman, dekat swalayan, laundry dan warung makan jawa. Pemilik kosnya tinggal satu pekarangan dengan anak kos. Berbeda dengan di Jogja, kos di Bali dihuni oleh cowok dan cewek alias siapa saja boleh nyewa. Ada dua macam kamar yang tersedia, kamar mandi dalam kasur di luar , dan kamar mandi diluar kasur di luar. LHO?! &^@#!! Yang betul kamar dengan kamar mandi dalam , dan satu lagi kamar dengan kamar mandi di luar tapi (untungnya) masih didalam pekarangan. Karena kamar dengan kamar mandi dalamnya sedang penuh saya kebagian kamar yang standar tanpa kamar mandi didalamnya. Karena saya masih baru mulai bekerja jadi buat saya tidak masalah karena toh untuk sementara saya bisa berhemat.
Segala sesuatu berjalan sempurna dan indah disana , hingga hujan turun, semuanya menjadi kacau. Tidak adanya saluran air yang baik membuat air hujan cepat naik dipekarangan bahkan kejalan-jalan, menghanyutkan sandal-sendal yang lupa ditaruh di atas teras. Saya paling benci kalau hujan turun malam hari atau pagi, genangannya sampai ke mata kaki , apalagi saya waktu itu masih harus jalan kaki ke kantor , harus rela berbecek-becek untuk sampai ke kantor, untung saja kaki saya tidak pernah korengan karena airnya kotor soalnya disekitar sana banyak yang pelihara anjing , yang bisa dipastikan terdapat dua atau tiga gundukan emas hasil produksi si anjing-anjing itu.
Di kos ini, ada seekor monyet yang dipelihara oleh salah seorang menantu ibu Kos, namanya kliwon, dia suka mencakar orang yang lewat didekatnya. Satu hal yang saya pelajari dari siKliwon ini, ternyata monyetpun bisa horny dengan manusia, buktinya teman saya yang rada anonoh , pernah dengan sengaja nunjukin toketnya yang super duper gede ke siKliwon yang langsung saja lompat-lompat dan teriak kegirangan sambil terus goyang-goyangin pantatnya. Sayapun tertawa terpingkal-pingkal melihat kegilaan teman saya itu.
Karena berdekatan dengan laut kwalitas air di kos ini jelek sekali, kalau dimasak airnya meninggalkan residu yang cukup banyak. Lahan parkir ternyata salah satu yang terlupakan atau tidak dipikirkan oleh pemilik kos, motor ditaruh sekenanya. Bahkan karena masalah parkir juga yang membuat salah satu teman saya berantem dengan salah satu pemilik kos dan segera angkat kaki. Kamar mandi adalah mimpi buruk, cacing dimana-mana, karena toilet bersama membuat kamar mandi menjadi kotor karena tidak semua orang rajin dan mau membersihkannya, sebagian besar penghuni mau menggunakannya saja, tidak untuk membersihkan.
Ada cerita seru yang terjadi dikamar mandi umum itu, suatu sore saya dan dua teman saya yang sedang duduk-duduk santai diteras kamar. Kebetulan kamar saya berhadapan dengan kamar mandi yang berjejer di sebelah dapur sehingga saya bisa melihat langsung siapa saja yang berseliweran kedapur dan kekamar mandi. Tiba-tiba saya melihat ada yang aneh dengan salah satu kamar mandi itu, didepan pintunya terdapat dua pasang sandal. Heran,kamipun saling memberi analisa kami sambil menunggu dengan tidak sabar siapa saja nanti yang ada dikamar mandi tersebut. Salah satu teman saya yang usil bahkan menggoda mereka dan ikutan ngintip dari bawah yang memang ada celah dipintu setinggi lima belas sentimeter. Hampir bosan juga kami menunggu pemain bokep live itu untuk keluar,sepertinya mereka juga sedang menunggu kami untuk pergi. Haha! Ya, nggak mungkinlah kita angkat kaki tanpa melihat muka-muka pasangan nekat itu. Saat yang ditunggu akhirnya tiba, dengan muka malu- maluin maka keluarlah si pasangan mesum. Pertama si cowok dengan muka temboknya lalu si cewek ngikut dibelakang dengan sok buang muka, padahal kalau orang itu normal dipastikan sudah tidak punya muka lagi. Lagian dasar orang gila tahu kamar mandi umum masih juga dipakai buat esek-esek, apa karena saking hornynya mereka jadi gak sempat untuk sewa kamar, atau melakukannya didalam kamar saja, atau memang sengaja mencari tempat baru untuk dieksplorasi??
Tidak sampai setahun saya menemukan tempat baru dan segera pindah.
3) Kos saya yang ketiga adalah yang saya tempati sekarang. Lebih bagus, lebih mahal dan lebih parah. Kamar saya berada dilantai tiga yang menurut saya tempat yang paling nyaman, karena jauh dari areal parkir, suara bayi, lebih berangin dan bermatahari bahkan kalau sore menjelang saya bisa melihat sunset dari jendela kamar saya. Dari atas, saya disuguhi pemandangan yang bagus, selain bisa melihat bule –bule berenang di kolam hotel yang kebetulan ada di sekitar tempat itu, pemandangan Discovery mall diwaktu malam dengan cahaya lampunya yang semarak serta perosotan Waterbom juga kelihatan. Harga perkamar berkisar Rp.600.000 – Rp.1500.000 , lengkap dengan spring bed, lemari, dan meja plastik, jadi praktis tinggal bawa badan saja. Karena fasilitas yang lengkap tidak hanya orang lokal/ Indonesia saja yang tinggal disitu tetapi juga orang asing, Jepang, Australia, Jerman dll. Biasanya bule yang tinggal disana mereka yang sudah kerja di Bali atau bule kere yang tidak punya budget untuk tinggal di hotel tapi mau berlibur berlama-lama alias long stay di Bali. Kadang sebagian dari mereka adalah surfer yang tidak butuh fasilitas hotel mewah. Toh kamar yang mereka tempati sudah sangat layak lengkap dengan AC dan air panas lagi. Yang tidak ada hanya TV lagian mereka tidak perlu TV, ngapain juga jauh-jauh datang ke Bali kalau cuma mau nonton TV, ya nggak! Biasanya, kalau siang, mereka surfing malamnya jep ajep, untuk hiburan yang lain mereka juga udah bawa “mainan” sendiri alias “ayam” alias cewek.
Kebetulan tiga puluh persen penghuni kos saya profesinya sebagai C O atau cewek karaoke yang kerja di klub malam. Setiap malam sekitar jam delapan akan ada mobil yang menjemput mereka dengan satu kali klason lalu berduyun-duyunlah cewek-cewek dengan dandan yang minimalis , “ready-to-show-style” atau kata teman cowok saya “ready to use” ;-D. Kalau adik saya kebetulan sedang main ke tempat saya dan mobil jemputan sudah datang seenaknya adik saya nyelutuk “ Hei! Kak. Tuh udah dijemput tuh. Kok masih nonton TV aja ntar ditinggal lho!” Dasar sialan tu anak.
Dulu sewaktu saya masih jadi penghuni baru, saya sering terkaget kaget dengan apa yang saya lihat. Saya pernah mendengar suara desahan dipagi hari, busyet bikin panas dingin aja pagi-pagi, lalu anak pemilik kos yang beberapa kali ketahuan sama teman saya sedang “make” ayam dilantai tiga padahal dia sendiri sekamar dengan ceweknya doilantai empat. Adalagi si “W” rantauan dari Padang yang niatnya cari kerja di Bali entah gara-gara sok polos atau kelewat bego malah sering di sodomi bule-bule tanpa dapat komisi. Ada lagi Matthew bule Amerika , yang kamarnya tepat didepan kamar saya. Tahu ada bule keren, ada satu ayam yang tiba-tiba sikapnya jadi aneh. Saya tidak tahu dia tinggal dikamar nomor berapa , tetapi semenjak ada si Matthew ini, tuh cewek tiba-tiba aja sering muncul dilantai atas duduk –duduk di dekat kamar si bule bahkan melakukan sunbathing dipagi hari, mana kalau tampil “seragam-kerja-mini”nya yang dipake. Pokoknya persis orang “gelar dagangan”. Saya sih senyum –senyum aja lihat tingkahnya dia dari kamar saya. Nampaknya si Matthew ini cukup ngeh dan cepat beradaptasi dengan keadaan sekitar. Sadar disekitarnya banyak cewek yang bisa dipakai , tidak sampai minggu pertama dia sudah membawa dua cewek sekaligus dikamarnya ,”threesome euy” hal yang sebelumnya saya tahu dari bacaan saja ternyata benar-benar ada dan saya melihatnya langsung walaupun tidak melihat bagian detilnya (maunya sih) tapi yah ngapain coba mereka bertiga dalam satu kamar kalo nggak begituan, tengah malam lagi, kalau mau main catur kan kebanyakan. Ya nggak! Mana malam sebelumnya tuh bule periksa bayangan korden kamarnya nembus bayangan atau tidak. Hehehe ketahuan! Kalau sekarang sih Matthew nya sudah pindah. (Yah langganannya ilang satu deh T_T) . Setelah berganti beberapa muka akhirnya muncullah si Mario, bule Jerman . Awalnya saya tertarik juga sih , soalnya Mario itu sopan banget, berwajah lumayan dan senyumnya itu lho maniiis kayak dodol. Tapi setelah tahu doi dari Jerman saya langsung keder , gara –gara teringat omongan dari sumber yang kurang bisa dipercaya kalau orang Jerman suka “main lewat lobang belakang” AKKHH! Ogaaaaah! Dan selera saya terhadap Mariopun hilang , meskipun theory itu belum terbukti. Kamar sebelah Mario ada ayam baru, asli Palembang, cakep (kata adik saya biasa) putih, tinggi. Ini anak kalau sama cowok ramahnya minta ampun. Pernah sekali sewaktu dia akan berangkat “kerja” melewati Mario dan teman saya Ferry, dia menawarkan diri ke Mario kalau mau ditemenin datang aja kekamarnya, dengan tariff sekali ajak Rp. 1.500.000,- (ini hitungannya per ronde atau per hari saya juga nggak tahu) Sepeninggal itu cewek Mario komentar ke Ferry “ Rp.1.500.000 only for a woman eeekkkhgggg! Kata Mario sambil Menurunkan jempolnya kebawah. Ternyata setelah ditelusuri si Mario ini memang bule baik-baik kata Ferry. Buktinya tempat karaoke yang dia tahu dan pernah kunjungi cuma Inul Vizta doang beber Ferry lagi. Ya Amien!! Moga-moga aja gitu dan bukan karena dia pelit aja. Tidak beberapa lama Mario pindah ke rumah temannya. Sesekali saya lihat dia di cafĂ© tempat temannya itu.
Banyak sekali kejadian aneh bin ajaib dikos saya yang terakhir ini, pertengkaran kekasih, pasangan hombreng dll. Saya tidak bermaksud menjudge siapapun , justru dari sinilah saya melihat dengan gamblang dunia luar itu seperti apa, dengan berbagai macam karakter dan pesonanya. Eventually, Life is the matter of choice everyone!
XOXO